girl

girl

Rabu, 30 April 2014

DAMPAK RADIASI PONSEL BAGI KESEHATAN MANUSIA


 Ponsel merupakan perlengkapan elektronik yang selalu menemani kita kemanapun kita pergi. Tahukah anda, efek samping dari sinyal ponsel anda? Berbagai macam tips sudah kita ketahui bersama seperti gunakanlah handphone pada kuping sebelah kiri ketimbang sebelah kanan dan lainnya.

Energi Radiasi dari Ponsel
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBjSD5pty6M1NLW7HYKh4vvN3M-RLXcjHCr8xqOVdm-b46BGGYXsjHpMwFCN4FH1uWE9jO4jSqB7Ndki_DSvsp_5L3yOabW71nFkcRz4pqcnqZzRhfviFV6pk21kZQEiObOlE217xkCpQ/s1600/radiasi-handphone-berbahaya.jpg

Pancaran gelombang elektromagnetik dari ponsel memiliki frekuensi antara 450 – 1800 MHz, yaitu termasuk dalam daerah gelombang mikro. menurut perhitungan menunjukkan bahwa quantum energi yang ditimbulkan oleh radiasi elektromagnetik ponsel, secara kuantitas relatif masih kecil karena hanya berkisar sepersejuta elektron Volt. Namun kalau jarak sumber radiasi dengan materi, yaitu jarak antara ponsel dengan kepala (khususnya telinga) diperhitungkan, maka dampak radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh ponsel tidak boleh diabaikan begitu saja. Alasannya adalah karena intensitas radiasi elektromagnetik yang diterima oleh materi (kepala khusus bagian telinga), akan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak, artinya makin dekat dengan sumber radiasi (ponsel) akan makin besar radiasi yang diterima. Persoalan akan lebih menarik lagi, kalau waktu kontak atau waktu berbicara melalui ponsel diperhitungkan, maka akumulasi dampak radiasi akibat pemakaian ponsel perlu dicermati lebih jauh lagi.



Dampak Radiasi Ponsel pada Kesehatan

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcRmoxaSkMCdG-756qfknxjs10zr_kVgeMJAULzb6O29fWsLSOLXfLFm5ahyrY6zQR1rmTB6gW32YPvCtWxPsf8ACZBEeXH-OsKhX4H0sUTmy8bnJG2maqlhs8fXnxfa0R2iGDnhYuQrw/s1600/hp.jpeg
Ponsel menggunakan gelombang elektromagnetik dalam mengirim dan menerima pesan. Gelombang elektromagnetik ini dapat menyebabkan pemanasan pada jaringan tubuh. Jaringan tubuh dipanaskan oleh rotasi dari molekul polar yang disebabkan oleh medan elektromagnetik. Pada saat seseorang sedang menelepon dengan ponsel, efek pemanasan ini akan terjadi pada permukaan kepala dan mengakibatkan kenaikan suhu. Otak memiliki kemampuan untuk membuang kelebihan panas melalui sirkulasi darah. Namun, kornea mata tidak memiliki pengaturan suhu dan dari percobaan pada kelinci, ditemukan bahwa radiasi ponsel dapat menyebabkan katarak.

Pengamatan lebih jauh mengenai dampak radiasi elektromagnetik ponsel terhadap tubuh manusia, ternyata mempunyai kemiripan dengan dampak radiasi elektromagnetik yang ditimbulkan oleh radar. Dampak tersebut adalah kemampuan radar mengagitasi molekul air yang ada dalam tubuh manusia. Sel-sel yang terdapat dalam tubuh manusia sebagian besar mengandung air. Agitasi ditimbulkan oleh radiasi elektromagnetik. Kalau intensitas radiasi elektromagnetiknya cukup kuat, maka molekul-molekul air terionisasi, dampak yang ditimbulkan mirip dengan akibat yang ditimbulkan oleh radiasi nuklir. Peristiwa agitasi oleh gelombang mikro yang perlu diperhatikan adalah yang berdaya antara : 4 mW/cm2 ~ 30 mW/cm2. Agitasi bisa menaikkan suhu molekul air yang ada di dalam sel-sel tubuh manusia dan ini dapat berpengaruh terhadap kerja susunan syaraf, kerja kelenjar dan hormon serta berpengaruh terhadap psikologis manusia. Hal-hal inilah yang kemungkinan diduga sebagai penyebab timbulnya penyakit Alzheimer atau kepikunan dini.
Penelitian ini dilakukan oleh 12 lembaga reset, 7 diantaranya ada di Eropa selama 4 tahun. 1996, Universitas of Washington, Seattle menemukan bahwa EMR dalam bentuk energi gelombang radio rendah terbukt bisa merusak DNA. Kelompok risetb Jerman, Verum mencoba mempelajari efek radiai HP terhadap sel-sel tubuh manusia. Hasilnya sel-sel tubuh yang terkena paparan gelombang elektromagnetik seperti pada HP mengalami kerusakan yang signifikan. Bahkan mutasi sel-sel ini bias menjadi penyebab timbulnya kanker. Pancaran radiasi yang digunakan dalam penelitian berada pada level 0,3-2 watt/kg, sementara pada HP memancarkan sinyal radio atau SAR (Spesifik Absortion Rate) yang berada pada level 2 watt/kg. Beberapa akibat buruk yang biasa terjadi pada tubuh manusia menurut sejumlah penelitian antara lain meningkatkan resiko terkena tumor telinga , kanker otak, berpengaruh buruk pada jaringan otak, mengakibatkan meningioma, neurioma akustik, acoustic melanoma dan kanker ludah.
Sebenarnya semua handphone yang beredar masih bias dkategorikan “aman” karena tingkat SAR-nya masih dibawah 1,6 watt/kg. Meskipun demikian ada beberapa orang yang merasa agak pusing atau telinganya panas setelah menggunakan handphone-handphone yang dikategorikan “aman” tersebut. Jadi yang betul-betul aman (bukan sekedar aman saja) adalah tingkat radasinya dibawah 1 watt/kg. Maka dari itu untuk memisahkan yang “aman” dan yang “betul-betul aman”, dibuatlah tabel dibawah ini. Untuk lebih jelasnya lihat pengaruh posisi antenna terhadap resiko kanker otak.
Beberapa institusi juga menyatakan bahwa radiasi dari penggunan HP tidak berbahaya. Dan memang radiasi HP tersebut, yang tergolong gelombang RF, tidak cukup berbahaya. Tapi bukan berarti kemungkinan adanya efek samping tidak ada. Radiasi RF pada level tinggi dapat merusak jaringan tubuh. Radiasi RF punya kemampuan untuk memanaskan jaringan tubuh seperti oven microwave memanaskan makanan. Dan radiasi tersebut dapat merusak jaringan tubuh, karena tubuh kita tidak diperlengkapi untuk mengantisipasi sejumlah panas berlebih akibat radiasi RF. Penelitian lain menunjukkan radiasi non-ionisasi (termasuk gelombang RF) menimbulkan efek jangka panjang.
Sungguh tragis mendapati bahwa handphone (HP) yang setiap hari kita pakai ternyata memiliki radiasi yang cukup mematikan dalam jangka panjang kita tidak berhati-hati menggunakannya. Yang juga mengejutkan adalah radiasi HP ternyata juga bias dipakai untuk mematangkan sebutir telur seperti microwave.
Untuk membuktikannya, dibutuhkan:
·                     1 butir telur dan 2 HP. Telur diletakkan di tengah-tengah kedua HP.
·                     65 menit percakapan ke 2 HP tersebut.
·                     Buktikan!!! Telur tersebut telah matang dan siap dimakan. Otak kita jg akan menjadi matang bila terus menerus ditempelkan pada HP. Otak dan telur sama-sama mengandung jumlah air dan protein.
·                     Mulailah panggilan antara kedua HP selama kurang lebih 65 menit
·                     15 menit tidak terjadi apa-apa
·                     Setelah 25 menit telur mulai hangat, setelah 45 menit, buktikan sendiri!

Pada HP terdapat istilah transmitter yang mengubah suara menjadi gelombang sinusoidal kontinu yang kemudian dipancarkan keluar melalui antenna dan gelombang ini berfluktuasi melalui udara. Gelombang RF(radio frequency) inilah yang menimbulkan radiasi elektromagnetik.
Berikut beberapa penyakit dan kelainan yang berpotensi timbul karena radiasi HP:
1.            Kanker
2.            Tumor otak
3.            Alzheimer
4.            Parkinson
5.            Fatigue (terlalu capai)
6.            Sakit kepala
Penelitian yang berbeda menghasilkan hasil yang berbeda. Ada yang menyatakan radiasi HP lebih banyak menyebabkan kanker dan kelainan. Ada yang menyatakan bahwa radiasi HP tidak berhubungan dengan kanker. Terlepas dari mana yang benar atau salah tentu kita sebaiknya perlu untuk bersikap waspada dan mengantisipasi.
Beberapa pengguna ponsel telah melaporkan bahwa mereka merasakan berbagai gejala saat menggunakan atau setelah penggunaan ponsel, yaitu panas dan kesemutan pada kulit kepala, kelelahan, gangguan tidur, pusing, sakit kepala, malaise, dan takikardiak(jantung berdebar-debar). Laporan ini sedang diteliti penyebabnya, apakah benar karena radiasi ponsel atau karena stres.
Berbagai percobaan telah dilakukan oleh para ahli untuk mengatahui pengaruh radiasi ponsel bagi kesehatan. Pada penggunaan jangka pendek, radiasi ponsel memang tidak menyebabkan penyakit yang berarti. Tetapi pada penggunaan jangka panjang, radiasi ponsel dapat memicu penyakit acoustic neuroma (sejenis tumor otak). Dr. Lennart Hardell, seorang peneliti Swedia, mengemukakan bahwa penggunaan ponsel selama satu jam per hari dalam kurun waktu sepuluh tahun dapat meningkatkan resiko terkena tumor otak.

Penelitian mengenai pengaruh gelombang mikro terhadap tubuh manusia menyatakan bahwa untuk daya sampai dengan 10 mW/cm2masih termasuk dalam nilai ambang batas aman. Nilai ambang batas aman sebesar 10 mW/cm2 ini berlaku di Amerika, sedangkan untuk negara-negara lain belum dicapai kata sepakat berapa sebenarnya nilai ambang batas aman tersebut. Sebagai contoh, Rusia menetapkan nilai ambang batas aman adalah 0,01 mW/cm2, jauh lebih kecil (1/1000 nya) nilai ambang batas aman yang ditetapkan oleh Amerika. Jadi mengenai penetapan nilai ambang batas aman masih perlu diteliti lebih jauh lagi, demi keselamatan pemakai gelombang mikro termasuk pula terhadap pemakaian ponsel.



HP Lebih Merusak Pada Otak Anak-anak


Jauhkan HP dari anak-anak karena otak mereka yang masih muda sangat sensitif terhadap radiasi HP jika terkena cukup lama. Terlebih lagi bayi jauh lebih sensitif lagi bahkan beberapa tidak bisa menahannya.
Departemen kesehatan masyarakat Toronto telah menasehatkan para remaja dan anak-anak kecil untuk membatasi penggunaan telpon selular mereka, dalam rangka menghindari resiko kesehatan yang cukup potensial. Ini merupakan kebijakan yang pertama di Kanada.
Para pejabat sudah memperingatkan bahwa oleh karena adanya efek samping dari radiasi frekwensi radio, anak-anak di bawah umur delapan tahun seharusnya menggunakan telepon selular hanya dalam keadaan darurat, dan para remaja perlu membatasi panggilan untuk kurang dari 10 menit.
Selama bertahun-tahun, kebanyakan para pejabat kesehatan pemerintah kurang peduli terhadap segala resiko yang ada. Tetapi dengan adanya beberapa penelitian, suatu pola mulai terlihat bahwa orang-orang yang menggunakan telepon selular mereka untuk suatu periode waktu yang lama berada pada resiko lebih besar terhadap kemungkinan terkena tumor otak tertentu.

Beresiko Melahirkan Anak Hiperaktif

Wanita yang menggunakan HP ketika hamil memiliki kecenderungan bakal melahirkan anak-anak dengan masalah tingkah laku, berdasarkan suatu studi terhadap lebih dari 13.000 anak-anak.
Wanita hamil yang memakai HP yang meskipun hanya 2 atau 3 kali dalam sehari, cukup untuk menimbulkan resiko bayi mereka terkena penyakit hiperaktif dan bisa mengalami kesulitan dalam pemahaman/proses belajar, emosi dan sosialisasi anak pada saat sekolah.
Hasil di atas justru lebih beresiko lagi apabila sang anak sendiri juga menggunakan HP sebelum berusia 7 tahun.

 Tips Mengurangi / Menghindari Radiasi Ponsel

Disamping itu, secara ringkas ada beberapa tips yang perlu Anda perhatikan untuk mengurangi atau terhindar dari bahaya radiasi elektromagnet:
·                     Jangan memakai HP ketika hamil dan jangan ijinkan anak Anda memakainya.
·                     Batasi lama penggunaan HP Anda atau penggunaan telepon tanpa kabel lainnya.
·                     Gunakan headset dengan kabel untuk mengurangi efek radiasi HP karena menjauhkan HP dari kepala Anda. Hindarilah penggunaan bluetooth.
·                     Kurangi diri Anda terkena paparan langsung dari area transmisi WiFi (Hotspot Area). Cari tahu dimana lokasi WiFi dan usahakan untuk menjauh darinya.
·                     Jika Anda memiliki telepon kabel, jangan memakai yang melebihi 900 MHz, karena telepon kabel Gigaherts akan terus menerus memancarkan gelombang radio tinggi 24/7.
·                     Gunakan speakerphone daripada langsung mendekatkan HP ke telinga Anda. Ini membantu untuk menjauhkan efek radiasi langsung antara otak dengan HP.
·                     Batasi penggunaan HP di dalam gedung karena HP akan memancarkan lebih banyak gelombang di dalam gedung dibandingkan di luar.
·                     Pakai HP pada saat bar transmisi atau penerimaan signal baik. Ketika transmisi jelek, HP Anda akan bekerja lebih keras untuk menangkap transmisi dengan jelas.
·                     Berhati-hatilah dalam meletakkan HP Anda, karena radiasi berefek didekat ia memancar.


Selasa, 22 April 2014

Radioaktif dalam Bidang Kedokteran

Radiasi adalah pencemaran/pengeluaran dan perambatan energi menembus ruang atau sebuah substansi dalam bentuk gelombang atau partikel. Partikel radiasi terdiri dari atom atau subatom dimana mempunyai masa bergerak, menyebar dengan kecepatan tinggi menggunakan energi kinetik. Beberapa contoh dari partikel radiasi adalah elektronbetaalphaphoton, dan neutron.

Sumber radiasi dapat terjadi secara alamiah maupun buatan. Sumber radiasi alamiah contohnya radiasi dari sinar kosmis, radiasi dari unsur-unsur kimia yang terdapat pada lapisan kerak bumi, radiasi yang terjadi pada atmosfer akibat terjadinya pergeseran lintasan perputaran bola bumi. Sedangkan sumber radiasi buatan contohnya radiasi sinar x, radiasi sinar beta, radiasi sinar alpha, dan radiasi sinar gamma.

Radioisotop adalah suatu unsur radioaktif yang memancarkan sinar radioaktif. Radioaktif mempunyai peranan penting dalam melengkapi kebutuhan manusia di berbagai bidang. Salah satunya di bidang kedokteran dan kesehatan. Penggunaan radioisotop di bidang kesehatan untuk keperluan radiodiagnostik dan radioterapi dalam kedokteran nuklir. Teknik nulkir dengan menggunakan radioisotop di bidang kedokteran nuklir dimulai pada tahun 1930-an sebagai wujud dari perkembangan ilmu dan teknologi. Sedangkan di Indonesia dimulai pada tahun 1967 tidak lama setelah peresmian reaktor nuklir di Bandung.

Ilmu kedokteran nuklir merupakan salah satu ilmu cabang kedokteran yang memanfaatkan sumber radiasi terbuka dari disintegrasi inti radioaktif buatan untuk tujuan diagnosti
k melalui pemantauan proses fisiologi dan biokimia.

Dewasa ini, aplikasi tenaga nuklir dalam bidang kesehatan telah memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam menegakkan diagnosti
k maupun terapi berbagai jenis penyakit. Berbagai disiplin ilmu kedokteran seperti ilmu penyakit dalam, ilmu penyakit saraf, ilmu penyakit jantung, dan sebagainya telah mengambil manfaat dari tehnik nuklir. Sehingga pada kesempatan kali ini akan dipaparkan tentang peranan radioaktif, mekanisme kerja dan dampak yang ditimbulkannya dalam bidang kedokteran dan kesehatan.


ü  Peranan Radioaktif dalam Bidang Kesehatan dan Kedokteran
Bidang kesehatan dan kedokteran merupakan bidang terbesar yang menggunakan senyawa bertanda radioaktif. Hampir dari 80% dari penggunaan zat radioaktif terletak di bidang ini. Dengan isotop radioaktif telah dapat diselidiki dan dipelajari proses fisiologi, biokimia, patologi dan farmakologi berbagai macam obat.

Penggunaan
 isotop radioaktif dalam kedokteran, sebetulnya telah dimulai semenjak tahun 1936 pada waktu John Lawrence et. al. Menggunakan fosfor-32 untuk terapi. Walaupun dimulai untuk terapi, tetapi penggunaan radioisotop selanjutnya hampir 90% ditujukan untuk diagnosis, dan sebagian besar telah dalam bentuk senyawa bertanda.

Cabang ilmu 
kedokteran yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik pendek, seperti sinar x disebut radiologi. Radiologi dimanfaatkan untuk menunjang diagnosis penyakit. Dalam dunia kedokteran nuklir, prinsip radiologi dimanfaatkan dengan memakai isotop radio aktif yang disuntikkan ke dalam tubuh. Kemudian, isotop tersebut ditangkap oleh detektor di luar tubuh sehingga diperoleh gambaran yang menunjukan distribusinya di dalam tubuh. Sebagai contoh untuk mengetahui letak penyempitan pembuluh darah, digunakan radioisotop natrium. Kemudian jejak radioaktif tersebut dirunut dengan menggunakan pencacah Geiger. Letak penyempitan pembuluh darah ditunjukan dengan terhentinya aliran natrium.

Selain digunakan 
untuk mendiagnosis penyakit, radioisotop juga digunakan untuk terapi radiasi. Terapi radiasi adalah cara pengobatan dengan memakai radiasi. Terapi seperti ini biasanya digunakan dalam pengobatan kanker. Pemberian terapi dapat menyembuhkan, mengurangi gejala, atau mencegah penyebaran kanker, bergantung pada jenis dan stadium kanker.
      1. Radiodiagnostik
Radiodiagnostik adalah kegiatan penunjang diagnostik menggunakan perangkat radiasi sinar pengion (sinar x), untuk melihat fungsi tubuh secara anatomi. Ahli dalam bidang ini dikenal sebagai radiolog. Salah satu contoh radiodiagnostik adalah rontgen. Radiodiagnostik dilakukan sebelum melakukan radioterapi.
       2. Radioterapi
Radioterapi adalah tindakan medis menggunakan radiasi pengion untuk mematikan sel kanker sebanyak mungkin, dengan kerusakan pada sel normal sekecil mungkin. Tindakan terapi ini menggunakan sumber radiasi tertutup pemancar radiasi gamma atau pesawat sinar-x dan berkas elektron.

Baik 
sel-sel normal maupun sel-sel kanker bisa dipengaruhi oleh radiasi ini. Radiasi akan merusak sel-sel kanker sehingga proses multiplikasi ataupun pembelahan sel-sel kanker akan terhambat. Sekitar 50 – 60% penderita kanker memerlukan radioterapi. Tujuan radioterapi adalah untuk pengobatan secara radikal, yaitu untuk mengurangi dan menghilangkan rasa sakit atau tidak nyaman akibat kanker, selain itu juga bertujuan untuk mengurangi resiko kekambuhan dari kanker. Dosis dari radiasi ditentukan dari ukuran, luasnya, tipe, dan stadium tumor bersamaan dengan responnya terhadap radio terapi.
Terdapat dua teknik dalam radioterapi yaitu teleterapi (sumber eksternal) dan brakiterapi (sumber internal). Pada tindakan teleterapi, posisi sumber radiasi gamma energi tinggi yang berasal dari Cobalt-60 yang disimpan dalam kontainer metal yang tebal pada alat, dapat diatur sedemikian rupa sehingga kanker dapat diradiasi dari berbagai arah yang ditujukan setepat mungkin pada jaringan tumor. Tumor ganas dikenai radiasi yang sangat kuat secara berulang-ulang menggunakan teknik fraksinasi (dosis terbagi atas perkali pemberian dari total dosis yang harus diterima oleh pasien) selama jangka waktu beberapa minggu. Radioterapi diberikan setiap hari dari berbagai arah secara tepat pada kanker. Dengan demikian kanker akan menerima radiasi yang bersilang dengan dosis tinggi sementara jaringan normal dan sehat di sekitar lokasi kanker hanya akan menerima dosis yang lebih rendah dengan tingkat kerusakan yang dapat ditoleransi tubuh dan berangsur pulih.
Radioterapi dapat pula dilakukan dengan menggunakan sumber radiasi terbuka yang diposisikan sedekat mungkin dengan kanker, dikenal sebagai tindakan brakiterapi. Sumber radiasi terbuka yang umum digunakan antara lain I-125, Ra-226, yang dikemas dalam bentuk jarum, biji sebesar beras, atau kawat dan dapat diletakkan dalam rongga tubuh (intracavitary) seperti kanker serviks, kanker paru, dan kanker esopagus, dalam organ/jaringan (interstisial) seperti kanker prostat, kanker kepala dan leher, kanker payudara, atau dalam lumen (intraluminal).
Kegunaan radioterapi adalah sebagai berikut:
1. Mengobati : banyak kanker yang dapat disembuhkan dengan radioterapi, baik dengan atau tanpa dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti pembedahan dan kemoterapi.
2. Mengontrol : Jika tidak memungkinkan lagi adanya penyembuhan, radioterapiberguna untuk mengontrol pertumbuhan sel kanker dengan membuat sel kanker menjadi lebih kecil dan berhenti menyebar.
3. Mengurangi gejala : Selain untuk mengontrol kanker, radioterapi dapat mengurangi gejala yang biasa timbul pada penderita kanker seperti rasa nyeri dan juga membuat hidup penderita lebih nyaman.
4. Membantu pengobatan lainnya : terutama post operasi dan kemoterapi yang sering disebut sebagai “adjuvant therapy” atau terapi tambahan dengan tujuan agar terapi bedah dan kemoterapi yang diberikan lebih efektif.
ü  Manfaat Radioisotop dalam Bidang Kesehatan dan Kedokteran
Banyak radioisotop yang digunakan dalam bidang kesehatan dan kedokteran dan masing-masing radioisotop tersebut memiliki manfaat yang berbeda, antara lain:
1. I-131 Terapi penyembuhan kanker Tiroid, mendeteksi kerusakan pada kelenjar gondok, hati dan otak.
2. Pu-238 energi listrik dari alat pacu jantung.
3. Tc-99 & Ti-201 Mendeteksi kerusakan jantung.
4. Na-24 Mendeteksi gangguan peredaran darah.
5. Xe-133 Mendeteksi Penyakit paru-paru.
6. P-32 Penyakit mata, tumor dan hati.
7. Fe-59 Mempelajari pembentukan sel darah merah.
8. Cr-51 Mendeteksi kerusakan limpa.
9. Se-75 Mendeteksi kerusakan Pankreas.
10. Tc-99 Mendeteksi kerusakan tulang dan paru-paru.
11. Ga-67 Memeriksa kerusakan getah bening.
12. C-14 Mendeteksi diabetes dan anemia.
13. Co-60 Membunuh sel-sel kanker.
ü  Mekanisme kerja
1. Radiodiagnostik
I-131 digunakan sebagai terapi pengobatan untuk kondisi tiroid yang over aktif atau kita sebut hipertiroid. I-131 ini sendiri adalah suatu isotop yang terbuat dari iodin yang selalu memancarkan sinar radiasi. Jika I-131 ini dimasukkan kedalam tubuh dalam dosis yang kecil, maka I-131 ini akan masuk ke dalam pembuluh darah traktus gastrointestinalis. I-131 dan akan melewati kelenjar tiroid yang kemudian akan menghancurkan sel-sel glandula tersebut. Hal ini akan memperlambat aktifitas dari kelenjar tiroid dan dalam beberapa kasus dapat merubah kondisi tiroid.
2. Radioterapi
Bila jaringan terkena radiasi penyinaran, maka jaringan akan menyerap energi radiasi dan akan menimbulkan ionisasi atom-atom. Ionisasi tersebut dapat menimbulkan perubahan kimia dan biokimia yang pada akhirnya akan menimbulkan kerusakan biologik. Kerusakan sel yang terjadi dapat berupa kerusakan kromosom, mutasi, perlambatan pembelahan sel dan kehilangan kemampuan untuk berproduksi.
Radiasi pengion adalah berkas pancaran energi atau partikel yang bila mengenai sebuah atom akan menyebabkan terpentalnya elektron keluar dari orbit elektron tersebut. Pancaran energi dapat berupa gelombang elektromagnetik, yang dapat berupa sinar gamma dan sinar X. Pancaran partikel dapat berupa pancaran elektron (sinar beta) atau pancaran partikel netron, alfa, proton.
Dengan pemberian setiap terapi, maka akan semakin banyak sel-sel kanker yang mati dan tumor akan mengecil. Sel-sel yang mati akan hancur, dibawa oleh darah dan diekskresi keluar dari tubuh. Sebagian besar sel-sel sehat akan bisa pulih kembai dari pengaruh radiasi. Tetapi bagaimanapun juga, kerusakan yang terjadi pada sel-sel sehat merupakan penyebab terjadinya efek samping radiasi.

ü  Efek radioaktif bidang kesehatan dan kedokteran
Efek samping radioterapi bervariasi pada tiap pasien. Secara umum efek samping tersebut tergantung dari dosis terapi, target organ dan keadaan umum pasien. Beberapa efek samping berupa kelelahan, reaksi kulit (kering, memerah, nyeri, perubahan warna dan ulserasi), penurunan sel-sel darah, kehilangan nafsu makan, diare, mual dan muntah bisa terjadi pada setiap pengobatan radioterapi. Kebotakan bisa terjadi tetapi hanya pada area yang terkena radioterapi. Radiasi tidak menyebabkan kehilangan rambut yang total. Pasien yang menjalani radiasi eksternal tidak bersifat radioaktif setelah pengobatan sehingga tidak berbahaya bagi orang di sekitarnya. Efek samping umumnya terjadi pada minggu ketiga atau keempat dari pengobatan dan hilang dua minggu setelah pengobatan selesai.

Efek
 radiasi pada sistem, organ atau jaringan:
        1. Darah dan Sumsum Tulang Merah
Darah putih merupakan komponen seluler darah yang tercepat mengalami perubahan akibat radiasi. Efek pada jaringan ini berupa penurunan jumlah sel. KompOnen seluler darah yang lain ( butir pembeku dan darah merah ) menyusun setelah sel darah putih. Sumsum tulang merah yang mendapat dosis tidak terlalu tinggi masih dapat memproduksi sel-sel darah merah, sedang pada dosis yang cukup tinggi akan terjadi kerusakan permanen yang berakhir dengan kematian ( dosis lethal 3 – 5 sv). Akibat penekanan aktivitas sumsum tulang maka orang yang terkena radiasi akan menderita kecenderungan pendarahan dan infeksi, anemia dan kekurangan hemoglobinefek stokastik pada penyinaran sumsum tulang adalah leukemia dan kanker sel darah merah.
2. Saluran Pencernaan Makanan
Kerusakan pada saluran pencernaan makanan memberikan gejala mual, muntah, gangguan pencernaan dan penyerapan makanan serta diare. kemudian dapat timbul karena dehidrasi akibat muntah dan diare yang parah. Efek stokastik yang dapat timbul berupa kanker pada epithel saluran pencernaan.
3. Organ Reproduksi
Efek somatik non stokastok pada organ reproduksi adalah sterilitas, sedangkan efek genetik (pewarisan) terjadi karena mutasi gen atau kromosom pada sel kelamin.
4. Sistem Syaraf
Sistem syaraf termasuk tahan radiasi. Kematian karena kerusakan sistem syaraf terjadi pada dosis puluhan sievert.
5. Mata
Lensa mata peka terhadap radiasi. Katarak merupakan efek somatik non stokastik yang masa tenangnya lama (bisa bertahun-tahun).
6. Kulit
Efek somatik non stokastik pada kulit bervariasi dengan besarnya dosis, mulai dengan kemerahan sampai luka bakar dan kematian jaringan. efek somatik stokastik pada kulit adalah kanker kulit.
7. Tulang
Bagian tulang yang peka terhadap radiasi adalah sumsum tulang dan selaput dalam serta luar pada tulang. kerusakan pada tulang biasanya terjadi karena penimbunan stontium-90 atau radium-226 dalam tulang. Efek somatik stokastik berupa kanker pada sel epithel selaput tulang.
8. Kelenjar Gondok
Kelenjar gondok berfungsi mengatur metabolisme umum melalui hormon tiroxin yang dihasilkannya. Kelenjar ini relatif tahan terhadap penyinaran luar namun mudah rusak karena kontaminasi internal oleh yodium radioaktif.
9. Paru-paru
Paru-paru pada umumnya menderita kerusakan akibat penyinaran dari gas, uap atau partikel dalam bentuk aerosol yang bersifat radioaktif yang terhirup melalui pernafasan.

Sumber Referensi:
ü  Anonymus, 2006Radioactive Iodine (I-131) Therapy, North America:RadiologiInfo. Radiological Society of North America, Inc
ü  http://eddyrumhadi.blogdetik.com/ (diakses 23 Mei 2011)
ü  http://gurufisikamuda.blogspot.com/2010/02/manfaat-zat-radioaktif-radioisotop.html (diakses 23 Mei 2011)
ü  http://klikharry.wordpress.com/2007/03/08/radioterapi-karsinoma-tiroid/(diakses 23 Mei 2011)
ü  http://www.infonuklir.com/indexes/lists/iptek_nuklir/teknik_nuklir_dibidang_kesehatan/second/iptek_nuklir (diakses 23 Mei 2011)
ü  Indrajit, Dudi, 2007, Mudah dan Aktif Belajar Fisika untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam, Bandung: Setia Purna Inves
ü  Kreshnamurti, Irwan, dkk., Refrat Radioterapi: Radioterapi Pada Kanker Serviks, Palembang: Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang
ü  Setiawan, Duyeh, 2010, Radiokomia Teori Dasar dan Aplikasi Teknik Nuklir, Bandung: Widya Padjadjaran